Dokter Tidak Boleh Bisnis Itu Keliru!
BPUI ,DALAM dunia kedokteran, memperjual belikan pelayanan
kesehatan atas nama keuntungan pribadi termasuk dalam bentuk pelanggar
kode etik. Namun, ada seni di mana jiwa bisnis yang dijalankan dengan
jiwa kedokteran, bisa menghasilkan sesuatu yang tulus dan bermanfaat
bagi banyak orang.
Ini berhasil dijawab oleh dr Rizal Sini, SpOG, dokter sekaligus pendiri Bundamedik Healthcare System, yang sukses mengembangkan bisnis di bidang pelayanan medis ini. Menurutnya, perkembangan zaman membuat dunia kesehatan harus banyak mengandalkan teknologi canggih untuk membantu lebih banyak masyarakat. Untuk mendapatkan ini, menurutnya, diperlukan kemampuan "berdagang" yang sejalan dengan tujuan pelayanan kesehatan.
"Ada aliran yang setuju, ilmu kedokteran tidak boleh dicampurkan dengan ilmu berdagang. Tapi tergantung kita melihatnya. Kalau kita lihat, ilmu kedokteran dulu hanya melibatkan teknologi konvensional, sementara sekarang ada teknologi canggih yang terbilang mahal. Kalau kita tidak mau menyediakan teknologi canggih tersebut, akhirnya pasien banyak yang mencari bantuan ke rumah sakit yang bisa melibatkan teknologi canggih," tuturnya saat ditemui seusai acara peluncuran buku mengenai perjalanan hidup dan karirnya "Love and Devotion", di RSU Bunda, Jakarta, Rabu 23 September 2015.
Pria berusia 80 tahun, yang telah sekian dekade berjuang membangun impiannya mendirikan sebuah rumah sakit yang mumpuni ini, menegaskan bahwa jiwa dagang atau entrepreneurship seorang dokter tersebut harus tetap pada koridornya.
"Dagang yang dilarang dilakukan oleh seorang dokter adalah dalam hal memutuskan keputusan yang tidak menghargai etika kedokteran, seperti kalau pasien tidak perlu operasi jangan dioperasi, kalau pasien tidak perlu diberi obat, jangan diberi obat. Dalam hal itu saya tidak setuju, tapi kalau dokter dikatakan tidak boleh bisnis (untuk kepentingan pelayanan masyarakat) itu keliru," pungkasnya.
Sumber : okezone
Ini berhasil dijawab oleh dr Rizal Sini, SpOG, dokter sekaligus pendiri Bundamedik Healthcare System, yang sukses mengembangkan bisnis di bidang pelayanan medis ini. Menurutnya, perkembangan zaman membuat dunia kesehatan harus banyak mengandalkan teknologi canggih untuk membantu lebih banyak masyarakat. Untuk mendapatkan ini, menurutnya, diperlukan kemampuan "berdagang" yang sejalan dengan tujuan pelayanan kesehatan.
"Ada aliran yang setuju, ilmu kedokteran tidak boleh dicampurkan dengan ilmu berdagang. Tapi tergantung kita melihatnya. Kalau kita lihat, ilmu kedokteran dulu hanya melibatkan teknologi konvensional, sementara sekarang ada teknologi canggih yang terbilang mahal. Kalau kita tidak mau menyediakan teknologi canggih tersebut, akhirnya pasien banyak yang mencari bantuan ke rumah sakit yang bisa melibatkan teknologi canggih," tuturnya saat ditemui seusai acara peluncuran buku mengenai perjalanan hidup dan karirnya "Love and Devotion", di RSU Bunda, Jakarta, Rabu 23 September 2015.
Pria berusia 80 tahun, yang telah sekian dekade berjuang membangun impiannya mendirikan sebuah rumah sakit yang mumpuni ini, menegaskan bahwa jiwa dagang atau entrepreneurship seorang dokter tersebut harus tetap pada koridornya.
"Dagang yang dilarang dilakukan oleh seorang dokter adalah dalam hal memutuskan keputusan yang tidak menghargai etika kedokteran, seperti kalau pasien tidak perlu operasi jangan dioperasi, kalau pasien tidak perlu diberi obat, jangan diberi obat. Dalam hal itu saya tidak setuju, tapi kalau dokter dikatakan tidak boleh bisnis (untuk kepentingan pelayanan masyarakat) itu keliru," pungkasnya.
Sumber : okezone